Minggu, 08 Februari 2015

Malam yang tak Memaham

 1.
Pasca setelah menyaksikan paginya yang begitu sudah, yang masih tak rela tertinggalkan celotehan mentari subuh yang percik, tidur saat mimpi mimpi sang embun mengitari. Setelah cahaya itu tak lagi sediam lalu untuk di tinggalkan, ketika lesuh yang menyeruput. 

2.
Tak ada lagi malam setelah kelam, bius sang kunang dengan harapan yang beterbangan lindung cahaya. Tidak begitu basah hatiku saat hujan turun di sore yang enggan kala berkunang, telah terdesir pula. Senar violin memutuskan bahwa matahari mesti menari di atas awan yang mendung, demi yang tak tercintakan.

3.
Aku lupa menyalakan sore, sekaligus menanyakan pada malam. Mengapa dia sangat begitu tak memaham, atau sebuah enggan yang malu-malu masih belum tercerahkan di atas mimpinya. Padahal wajahku paham dengan cermin sana, wajahmu tak nampak begitu lirih. Pulanglah, pertengahan malam tak lagi ingin menemuimu. 

4.
Akhir yang redah, lantai mata telah terbanjirkan kenangan, tergumpalkan abu-abu masa depan yang asa. Sampai pada lamunan malam, luapan benih kisah kita yang menunggu ujung. 


2014

Share: