1.
Pasca setelah menyaksikan paginya yang begitu sudah, yang
masih tak rela tertinggalkan celotehan mentari subuh yang percik, tidur saat
mimpi mimpi sang embun mengitari. Setelah cahaya itu tak lagi sediam lalu untuk
di tinggalkan, ketika lesuh yang menyeruput.
2.
Tak ada lagi malam setelah kelam, bius sang kunang dengan
harapan yang beterbangan lindung cahaya. Tidak begitu basah hatiku saat hujan
turun di sore yang enggan kala berkunang, telah terdesir pula. Senar violin
memutuskan bahwa matahari mesti menari di atas awan yang mendung, demi yang tak
tercintakan.
3.
Aku lupa menyalakan sore, sekaligus menanyakan pada malam.
Mengapa dia sangat begitu tak memaham, atau sebuah enggan yang malu-malu masih
belum tercerahkan di atas mimpinya. Padahal wajahku paham dengan cermin sana,
wajahmu tak nampak begitu lirih. Pulanglah, pertengahan malam tak lagi ingin
menemuimu.
4.
Akhir yang redah, lantai mata telah terbanjirkan kenangan,
tergumpalkan abu-abu masa depan yang asa. Sampai pada lamunan malam, luapan
benih kisah kita yang menunggu ujung.
2014