Suatu waktu saat menjelang bahagia, aku merasa sudah sangat bahagia
Seperti salju yang selalu mengingat
musimnya yang dingin
Saat semua kabut di lembah hatiku
mulai hilang, lalu kemudian cerah lagi
Siraman air mata kemudian, rintik
bersama di atas punggung sebuah rumah yang
Suatu saat akan menemui penghuninya
Aku janji tak akan menanyaimu hal itu
Juga meminta untuk menikmati air
matamu
Alasanku sadar bahwa ayunan kakimu
setiap hari membuatku merasa
Sengaja buat mendekatkan dirimu
dengan takdir cintamu
Jawabanmu belum datang, alasan yang
kau kuatkan buat menjujurkannya
Angin itu menerbangkan kita
Mengajak kenangan kita bermain-main
di udara
Lalu menerbangkan janji kita,
nampak kau bahagia di tengah cerah
Bukti bahwa foto ini membekukan kenangan kita
Pengalaman yang justru menjauhkan
kita, seperti senja yang terbatas melupakan sorenya
Aku lupa pada waktu
Pura-pura menemukan hal yang
memiliki
Juga pura-pura merasakan rindu saat
tersakiti
Aku sama sekali melupakan kapan
waktu itu
Kalau hujan, kau merasakan dingin.
Padahal, itu hanya rinai
Saat belum kutuangkan yang mengajarkanku
Sedari bagimu, kenangan hanya bekas
yang selalu membelenggu
Sudah kunyatakan pada sepinya
ingatanmu
Saat kurindukan kau dalam
ingatanku.
(Maret 2015)