: Whinda J. Bata
apakah teriakan selalu membuat telingamu tuli?
lalu tak mendengar lagi? suara sedih, jatuh tanpa ada cinta,
lalu cinta tanpa menggenggam kata jatuh.
aku meyakini bahwa kau hendak mengubur dirimu,
menyematkan kata dengan pergi, tanpa mencintai kata kembali.
untuk apa aku ikut mengubur diri? sedangkan mungkin bagimu;
aku hanya bendera tanpa tiang, tak dilipat dan tak diharap!
kemarin, entah dirimu atau bukan,
aku mengabarkan bahwa kita tidak akan berpisah bukan?
kita adalah cinta yang berjihad melawan luka dan
kekasih masing-masing kita
kau menemukan kata jika, walau katamu;
jika aku lelah mencintaimu, aku dibiarkan pergi begitu saja.
melalui dua pintu keluar; air mataku dan air matamu
kelak, kita dipertemukan oleh sumpah yang tak lagi mengatasnamakan dirinya pemuda.
sumpah yang kita sebut putus, memutuskan dogma patah hati
yang katanya membuat kebahagiaan dari dalam diri mati.
namun, matiku adalah kau yang tengah terlelap di bantal dadaku.
Makassar, Oktober 2015