Apa yang selalu diawali pertanyaan
pada dasarnya tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap kenyataan yang
membelitnya. Jika nantinya, diakhir tulisan ini—kau kembali bertanya dengan
pertanyaan yang sama, maka sebagai orang (atau lebih tepatnya, mahasiswa yang
belajar) menjadi manusia untuk memecahkan sendiri cangkang yang terlilit
rahasia. Tuhan menciptakan lengan untuk kita bukan tanpa cinta, bukan pula
dengan derita-derita setelahnya. Akan tetapi, kedua lengan ini memiliki
fungsi menjaga tangan-tangannya agar mampu menemukan genggaman yang nantinya
sukar dirahasiakan oleh satu pelukan. Pernahkah kau sebelumnya membayangkan
sebuah lengan yang tertidur? Atau lengan yang tak pernah ingin berbicara
kepada tubuh yang dingin, lalu kemudian—tanpa aba-aba, ia memelukmu. Ada
rahasia besar dibalik pelukan yang tak pernah sama sekali ‘kita’ elu-elukan. Pernah suatu ketika,
saya tanpa sengaja dan dengan perasaan yang cukup lumayan merasakan kecewa
terhadap seseorang. Bisa dibilang kekecewaan saya muncul bukan karena kesalahan
orang itu, atau karena saya yang terlalu singkat memendekkan perasaan tegar saya
untuknya. Ia juga punya rahasia. Mengapa ia muncul begitu saja, tanpa aba-aba
atau perintah dari yang selayaknya kita. Perempuan itu tak pernah menjanjikan
apa-apa kepada saya. Dan saya menyukainya karena alasan sederhana itu—selain
kita, atau apapun yang membuat manusia memiliki yang bukan miliknya, tak pernah
ada lagi yang menjadi satu tuntutan kecil bahwa yang menjadi milik kita bukan
lagi milikmu dan milikku. Tak ada yang benar-benar kita miliki, bukankah
seperti itu—seperti kita manusia, yang teramat kecil di hadapan rahasia, yang
sepenuhnya berkuasa atas perasaan-perasaan yang sempat memiliki kita. Jika pelukan adalah obat
terbaik dan terindah di tubuh pasien seperti saya, maka ketika dulu saya
membenci suntik dan aroma-aroma rumah sakit—sekarang saya akan berusaha menjadi
penyuka obat agar sakit yang pernah kita sepakati berubah menjadi sembuh yang
pernah kita impikan di ruang yang kedap mereka. Kita hidupi seikat puisi dan
sejuta rahasia-rahasia di dalamnya yang layaknya bayangan kita sendiri ketika
bersama. Ia memilih melekat di usia, tanpa ada rasa takut untuk tertangkap
nafas-nafas yang lain, dengan ingatan-ingatan kita yang hendak diungkap dengan
kata-kata. Mereka kadang bersembunyi ditengah-tengah kau memelukku dengan erat,
dan lembut yang ikut memungut rahasia-rahasia yang jatuh bersama
keringat-keringat rindu. Hingga tanah sukar kita bedakan mana yang tubuh dan
yang ruh. Rahasia bersembunyi dari
banyak pertanyaan-pertanyaan seperti yang menjadi awal tulisan ini. Kadang dari
banyaknya penyesalan yang layak, kita tak lagi ingin menerjemahkan satu pelukan
lama menjadi senyum yang pendek. Ketika perpisahan memejamkan matanya untuk
satu harapan-harapan yang tertidur, bersama penyangkalan-penyangkalan yang lain
ketika kau meminjam tidurku untuk bermimpi. Sekali lagi, rahasia dibalik
pelukan terletak pada kita yang hendak bertukar aroma tubuh, bergantian hingga
bersama-sama menanam rahasia-rahasia yang lain—untuk kita ungkap dipelukan yang
lain.
|