Jumat, 06 Mei 2016

Ada apa dibalik rahasia pelukan?


Apa yang selalu diawali pertanyaan pada dasarnya tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap kenyataan yang membelitnya. Jika nantinya, diakhir tulisan ini—kau kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama, maka sebagai orang (atau lebih tepatnya, mahasiswa yang belajar) menjadi manusia untuk memecahkan sendiri cangkang yang terlilit rahasia. Tuhan menciptakan lengan untuk kita bukan tanpa cinta, bukan pula dengan derita-derita setelahnya. Akan tetapi, kedua lengan ini memiliki fungsi menjaga tangan-tangannya agar mampu menemukan genggaman yang nantinya sukar dirahasiakan oleh satu pelukan. Pernahkah kau sebelumnya membayangkan sebuah lengan yang tertidur? Atau lengan yang tak pernah ingin berbicara kepada tubuh yang dingin, lalu kemudian—tanpa aba-aba, ia memelukmu. Ada rahasia besar dibalik pelukan yang tak pernah sama sekali ‘kita’ elu-elukan. Pernah suatu ketika, saya tanpa sengaja dan dengan perasaan yang cukup lumayan merasakan kecewa terhadap seseorang. Bisa dibilang kekecewaan saya muncul bukan karena kesalahan orang itu, atau karena saya yang terlalu singkat memendekkan perasaan tegar saya untuknya. Ia juga punya rahasia. Mengapa ia muncul begitu saja, tanpa aba-aba atau perintah dari yang selayaknya kita. Perempuan itu tak pernah menjanjikan apa-apa kepada saya. Dan saya menyukainya karena alasan sederhana itu—selain kita, atau apapun yang membuat manusia memiliki yang bukan miliknya, tak pernah ada lagi yang menjadi satu tuntutan kecil bahwa yang menjadi milik kita bukan lagi milikmu dan milikku. Tak ada yang benar-benar kita miliki, bukankah seperti itu—seperti kita manusia, yang teramat kecil di hadapan rahasia, yang sepenuhnya berkuasa atas perasaan-perasaan yang sempat memiliki kita. Jika pelukan adalah obat terbaik dan terindah di tubuh pasien seperti saya, maka ketika dulu saya membenci suntik dan aroma-aroma rumah sakit—sekarang saya akan berusaha menjadi penyuka obat agar sakit yang pernah kita sepakati berubah menjadi sembuh yang pernah kita impikan di ruang yang kedap mereka. Kita hidupi seikat puisi dan sejuta rahasia-rahasia di dalamnya yang layaknya bayangan kita sendiri ketika bersama. Ia memilih melekat di usia, tanpa ada rasa takut untuk tertangkap nafas-nafas yang lain, dengan ingatan-ingatan kita yang hendak diungkap dengan kata-kata. Mereka kadang bersembunyi ditengah-tengah kau memelukku dengan erat, dan lembut yang ikut memungut rahasia-rahasia yang jatuh bersama keringat-keringat rindu. Hingga tanah sukar kita bedakan mana yang tubuh dan yang ruh. Rahasia bersembunyi dari banyak pertanyaan-pertanyaan seperti yang menjadi awal tulisan ini. Kadang dari banyaknya penyesalan yang layak, kita tak lagi ingin menerjemahkan satu pelukan lama menjadi senyum yang pendek. Ketika perpisahan memejamkan matanya untuk satu harapan-harapan yang tertidur, bersama penyangkalan-penyangkalan yang lain ketika kau meminjam tidurku untuk bermimpi. Sekali lagi, rahasia dibalik pelukan terletak pada kita yang hendak bertukar aroma tubuh, bergantian hingga bersama-sama menanam rahasia-rahasia yang lain—untuk kita ungkap dipelukan yang lain. 

Share: