Kamis, 22 Desember 2016

Desember, Jika Langit Hujan


; Z

Ingatan-ingatan rawan, terjagalah namamu di punggung awan yang tak kulihat nama serta wajahmu lagi, sedang merekah membentuk jalan setapak menuju rumah (sarang-sarang para burung dan kita sepasang kekasih yang murung) ingatan-ingatan jatuh, menimpa kepala-kepala gersang, langit menimpa awan seperti membiarkanmu pergi dengan sayap (burung-burung gereja dan kita tak urung mengeja) agama dan senggama berubah sepasang kaki tangan pemerintah menghujani kita dengan dogma bahwa perbedaan Tuhan adalah jalan kecil menuju perdamaian dengan darah dan air bah. Aku mencintaimu, dan kau memintaiku untuk bukan lagi sekadar setia; seperti kau yang tetap pergi apapun batasannya—seringlupa bahwa membatasi aku hanya ingkar yang kita rawat dengan sungguh-sungguh. Selamat natal katamu? Aku mendengarnya, dan ayah menembakiku dengan peluru yang menghujam namamu, di jantungku—mencipta hujan di langit-langit mataku. Kau mati sebagai ingatan-ingatan melebihi Tuhan, melampaui surga dari pemerintah dan malaikat dengan rautnya menemuiku tanpa sayap pemberianmu.



(2016)




Anak Natal


: B

Ibu melarangku berteman dengan salib,

Ia takut sebab ayah pernah raib.

Bersama Maria, ayah seperti bahagia

Bersama ayah, Ibu setia.

Aku anak nakal hasil ciptaan mereka,

aku ingin natal bersama Maria.


(2016)



Share: