Jumat, 20 Mei 2016

MIWF Dalam Mata (Writing Challenge MIWF 2016)



Jika dari tahun ke tahun, Makassar International Writers Festival (MIWF) tidak punya semacam identitas khusus yang sengaja ia kenakan untuk satu atau dua musim yang segera akan berlalu, maka tak heran—The Body Shop tak akan mempertemukan mereka. Mungkin saja, Body Shop akan memilih berbaring, menikmati berbagai macam fasilitas lengkap untuk satu kepuasan yang tak pernah membuatnya betul-betul puas. Untunglah, ia (MIWF) selalu menyadari itu—tahun-tahun yang berlalu itu bukan hanya sebagai musim yang memaksanya mengenakan berbagai macam pernak-pernik yang mungkin saja, tak pernah membuatnya nyaman. Akan tetapi, ketidaknyaman itulah yang mampu menjadi salah satu pusaka yang menciptakan satu kesan sekaligus pesan; yakni konsistensi. Ada hal yang saya tangkap dari pagelaran festival tahun ini, hal yang tak sepatutnya sengaja untuk melarikan dirinya atas nama toleransi sembari menutup mata dalam-dalam, menjadi kian tak masuk akal. Tak mudah sesuatu yang dirintis oleh orang dalam melihat Makassar dari luar hingga mencapai tahun ke enam ini. Apalagi, sangat jelas bahwa setiap tahunnya selalu dibumbui satu kampanye untuk sebuah masalah klasik dalam banyak parameter. Yang saya maksud itu yakni perempuan selalu identik dengan ketinggalannya atas dominasi laki-laki yang kuat. Sebuah nama yakni Colliq Pujie hadir menelusuri terowongan-terowongan gelap itu. Ada sebuah harga diri yang ingin diperlihatkan secara transparan dan jelas. Salah satu upaya bisa dilihat dari jumlah volunteer yang lebih mengedepankan perempuan. Jika tak percaya, coba hitunglah sendiri sembari bertanya kepada Bunda Lily Yulianty Farid. Ada sebuah stereotype yang hendak dimiringkan, yang selama ini beredar. Dalam setiap fase, anggap saja MIWF yang tahun ini menginjak akhir sekolah dasar, mereka memiliki sebuah kekuatan dan power, fluktuasi yang tak kenal kompromi. Tak jarang, beberapa alasan yang di mata kebanyakan orang akan membantingnya menjadi makhluk lemah tentu menjadi terbalik 180 derajat tanpa Celsius. Secara sadar, Body Shop punya visi yang cocok dengan nama besar MIWF tahun ini. Dalam kaitannya mengikis patriarki perempuan. Sama-sama ingin selalu menyuburkan self-esteem perempuan dalam setiap masa. Jika MIWF ibarat perempuan, dan waktu 6 tahun ini adalah fasenya—maka tak perlu ragu lagi untuk meminangnya menjadi pendamping hidup, atau minimal kekasih paruh waktu yang selalu berusaha menemani kita.

(*)

Catatan Hari -1 Makassar International Writers Festival (MIWF 2016) --Fort Rotterdam 18-21 Mei 2016
Share:

Related Posts: